BASRA KOTA PERADABAN
A. Pendahuluan
Bermula hanya sebuah desa kecil. Basra mewujud menjadi sebuah kota yang berperadaban. Di kenal sebagai pusat perdagangan. Dan, sederet cendikiawan lahir dan masyhur di kota ini. Sebut saja, misalnya, nama Al-Jahiz dan Ibnu Haytham. Kilau nama mereka menembus dinding-dinding kota menebar ke penjuru dunia.
Utbah Ibnu Ghazwan menjadi salah satu sosok penting dalam terwujudnya kota yang berjarak 449 km dari pusat peradaban Islam, Baghdad. Pada 638 Masehi, ia mendapatkah titah dari khalifah Umar Bin Khattab, untuk mencari lokasi yang tepat dijadikan sebagai kamp militer pasukan Islam. Utbah menunaikan perintah dan menemukan Basra.
Menurut C Pellat dalam Encyclopaedia of Islam, saat itu Utbah membangun desa kecil yang berfungsi sebagai kamp pasukan. Beberapa tahun kemudian, yaitu pada 771 Masehi, Basra menuju sebuah perubahan besar . Zyad ibnu Abu Sufyan yang saat memegang kendali pemerintahan Islam, mengembangkan desa mungil itu menjadi lebih luas.
B. Pembahasan
Dalam jangka waktu yang tidak lama Basra pun muncul sebagai kota yang diperhitungkan. Kota ini, sarat dengan ragam peradaban yang menghiasinya. Juga perniagaan yang hampir tah berhenti bedenyut. Produk pertanian menjadi pilar berjalannya perniagaan. Di sisi lain, Basra dikenal pula sentra produksi senjatanya.
Pelabuhan-pelabuhan besarpun muncul, menjadi sarana pendukung para kafilah dagang untuk saling bertukan komoditas dan pundi-pundi uang. Seorang pelancong Muslim, Ibnu Hawqal, yang dikutip G. Le Strange dalam The land of Eastern Caliphate, mengatakan saat itu Basra dikenal pula dengan teknik saluran airnya yang bagus.
Ini mengindikasikan peradaban memang membalut kota ini. Hawqal mengungkapkan, pada abad ke-10 saluran air yang bertebaran di seantero Basra- mencapai 100 ribu unit, Termasuk 200 ribu kanal yang bisa dilayari kapal-kapal dagang yang bertandang ke sana.
“ Selain sebagai Pusat Perdagangan, Basra lekat denganTradisi Keilmuwan”
Salah satu kanal terkenal adalah Kanal Nahr Ma’kil, Ini merupakan kanal utama yang mengarah ke Baghdad. Kanal tersebut dibangun oleh seorang jenius bernama Ma’kil bin Yasar. Kanal lainnya adalah Ubullah, yang terletakdi sepanjang Basra menuju arah tenggara. Disekitar kanal, taman-taman bertebaran. Dan tentu saja, tradisi intelektualberkembang subur di kota yang benama lengkap al-Basra yang bermakna kerikil hitam itu. Kaum intelektual silih berganti mengharumkan nama Basra. Di natara mereka adalah Abd al-Malik ibn Quraib al-Asma’i. Ia lahir di Basra pada 739 Masehi.
Ia tak hanya dikenal di Basra, tetapi juga menjalin jejaring intelektual dengan kota tetangganya, Bagdad. Takdir mengembalikannya ke Basra, sebab ia meninggal di Kota kelahirannya. Al- Asma’i dikenal salah satu sarjana terbesar pada masanya, yang mula-mula menekuni ilmu alam dan zoologi.
Sejumlah karya lahir dari pemikirannya, misalnya buku tentang kuda yang dikenal dengan Kitab al-Khail, ada juga buku tentang kuda yaitu Kitab al-Ibil, serta Kitab al- Wushush yang mengungkap tentang bintang-bintang buas. Dia juga menulis buku tentang penciptaan manusia, Kitab Khalq al-Insan.
Melalui karya yang ditulis al-Asma’i itu, ilmuwan George Santon dalam tulisannya berjudul Introdution to the History of Science, mengatakan bahwa telah sejak lama Muslim memiliki pengetahuan mendalam mengenai anatomi tubuh manusia. Di sisi lain, buku al-Asma’i juga terkenal di Austria pada paruh abab ke-19. Buku al-Asma’i berjudul Kitab al-Farq atau Book of Distiction yang diedit oleh DH Muller di Wina pada1876. Sedangkan Kitab al-Wushush diedit oleh R Geyer di Wina pada 1887. Figur lainnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn Duraid. Ia lahir di Basra pada 837 Masehi.
Ibnu Duraid dikenal sebagai seorang pakar geografi. Karya besar yang pernah dibuatnya adalah Kamus besar Bahasa Arab, berjudul The collection on- the language. Ia juga menulis sebuah risalah yang menggambarkan tentang suku-suku Arab. Ia menberi judul buku tersebut, Kitab al-Istiqaq. Buku itu diedit oleh seorang ilmuwan bernama F Wustenfeld.
Al- Jahiz adalah nama lainnya muncul di kalangan intelektual di Basra. Ia lahir di Basra dan kemudian menjadi salah satu pakar terkenal dalam literatur atau kesusasteraan Islam klasik. Ia menghabiskan masa kecilnya dalam balutan kemiskinan. Namun, tekadnya dalam mereguk ilmu, mengantarkannya sebagai seorang cendikiawan besar. Ia belajar di sekolah Alquran. Ia memperluas pengetauannya dengan menghadiri kuliah dan diskusi yang digelardi masjid. Ia bahkan memungut ilmu dari para pedagang, pelaut, bahkan penjaga toko. Di sisi luar lain, ia pun belajar dari ilmuwan besar bernama Abu ‘Ubayda, al-Asma’i, dan Abu Zyad al-Anshari.
Kitab al-Hayawan merupakan buku terkenal yang ditulis al-Jahiz. Dalam bukunya ini, ia mennggambarkan tentang perilaku binatang. Buku lain yang lahir dari pemikirannya adalah Al-Bayan wa’al-tabyn, yang terkait dengan puisi, retorika, sejarah kekhalifahan, dan suksesi pemerintahan.
Namun ilmuwan kelahiran Basra yang paling dikenal adalah Ibnu Haytham, yang dikenal dalam bahasa Latin disebut Al-Hazen. Ia merumuskan sejumlah teori diantaranya mengenai optik. Ia menuliskan dalam buku ia beri judul Buku Optik atau Kitab al-Manazir.
Azyumardi Azra dalam karyanya, History Islam Kontemporer, mengatakan, Ibnu Haytham juga telah memajukan sebuah gagasan tentang pemanfaatan sinar matahari sebagai energi. Gagasan ini, kemudian berkembang menjadi rujukan bagi penggunaan energi solar atau matahari. Di sisi lain, Ibnu al-Haytham membuktikan bahwa dia merupakan penulis berbakat dalam setiap cabang ilmu pengetahuan dan filsafat alam. Seorang ilmuwan bernama Ibnu Abi Asyubia pernah mengumpulkan berbagai karya Ibnu al-Haytham yang mencapai 200 buah.
Saat Kehancuran Mendera
Ada masa kemunduran sebuah kota atau bangsa. Basra pun mengalami siklus alamiah itu. Kemunduran ini disebabkan oleh duakali serangan yang ditanggung Basra. Peristiwa pertama serangan pada 953 Masehi yang dilakukan oleh orang-orang Karmathian. Namun, setelah seranga itu, Basra secara bertatih kembali mengembalikan kejayaannya. Menurut G Le Strange dalam tulisannya, The Lands of the Eastern Caliphate, pada 1052 Masehi, seorang pelancong bernama Nasir Khursaw yang pernah singgah disana mengatakan Basra adalah kota yang paddat penduduknya. Khursaw mengatakan pula, setelah terjadinya serangan yang dilakukan oleh orang-orang Karmathian, terlihat tembok-tembok diberbaiki. Meskipun, ia melihat masih banyak bagian-bagian tembok kota tersebut yang mengalami kehancuaran. Bahkan, ada tempat yang lantak dan tak mungkin bisa dibangun lagi.
Tak lama berbenah akibat serangan yang pernah dialaminya, Basra kemudian dihantam pasukan Mongol. Serangan kedua tersebut yang membuat Basra hancur. Sebenarnya, Mongol telah melakukan serangan pda 1219 hingga tahun 1222. Namun, serangan itu masih bisa dihadang dan basra masih mampu bertahan.
Basra akhirnya tak bisa menahan gempuran. Sebab, serangan sekanjutnya dari dua kekuatan yang digabung menjadi satu, yaitu pasukan Mongol dan Kristen. Invasi yang mereka lakukan ke wilayah-wilayah islam, tak hanya menghancurkan Basra, tetapi juga kota lainnya.
Bangunan-bangunan yang merupakan hasil peradaban Basra hancur. Bahkan, sumber pengetahuan berupa buku juga ikut dihancurkan. Mongol membakar buku-buku yang tersimpan di banyak perpustakaan. Hal yang sama dilakukan pasukan mereka saat menggempur Baghdad.
Ketika seorang ilmuwan sekaligus ahli goegrafi dari maroko, ibnu Battuta, mengunjungi kota Basra pada pertengahan abad-14, ia menceritakan bahwa sebagian besar bagian dari kota itu dipenuhi reruntuhan bangunan. Ia merasakan kepedihan saat kota yang pernah dikenal dengan peradaban dan kaum intelektualnya itu luluh lantak.
C. Kesimpulan
1. Periodisasi Berkembangnya Basra
Uthbah ibnu Ghazwan (638M): menjadikan Basra sebagai lokasi kamp militer pasukan Islam di Basra atas titah dariKhalifah Umar ibnu Khattab.
Zyad ibnu Abu Sufyan (771 M): memegangang kendali kekuatan Islam dan Basra menuju sebuah peradaban besar mengubah desa mungil itu menjadi lebih luas. Dalam waktu yang tidak lama Basra terhiasi dengan beragam peradaban. Pertanian, pelabuhan-pelabuhan dan sentra pembuatan sejata sebagai pilar komoditas keuangan perekonomian Kota Basra.
Tidak Cuma itu Basra juga terkenal dengan teknik saluran airnya, seorang pelancong Muslim Ibnu Hawqal mengunkapkan, pada abad ke-10 saluran air bertebaran di seantero Basra mencapai 200 ribu unit. 20 ribu kanal yang bisa dilayari kapal-kapal dagangyang bertandang kesana.
Diantara kanal-kanal yang ada yang paling terkenal adalah Kanal Nahr Ma’kil dan Ubullah.
Kanal Ma’kil dibangun oleh seorang jenius bernama Ma’kil ibnuYasar,dan kanal tersebut mengarah ke Baghdad. Di sepanjang kanal tersebut taman-taman bertebaran.
2. Tradisi Keilmuwan dan intelektual
Abd al-Malik ibnu Quraib al-Asma’i (lahir 739): al-Asma’i dikenal sebagai salah satu sarjana terbesar pada masanya yang menekuni ilmu alam dan zoologi.
Karya-karya yang lahir dari pemikirannya diantaranya:
Kitab al-Khail : buku tentang kuda.
Kitab al-Ibil : buku tentang kuda.
Kitab Wushush: buku mengunkap tentang binatang binatang buas.
Kitab Khalaq al-Insan: buku tentang penciptaan manusia.
Goergo Sarton seorang ilmuwan dalam tulisannya berjudul Introduction the History of Science, mengatakan bahw telah sejak lama ilmuwan Muslim memiliki pengetahuan mendalam mengenai anatomi manusia.
Di sisi lain buku-buku hasil karya al-Asma’i terkenal di Austria pada paruh abad ke-19.
Kitab al-farq atau Book of Distinction diedit oleh DH Muller di Wina tahun 1876.
Kitab Wushush diedit oleh R Geyer di Wina tahun 1887.
Abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn Duraid (lahir 837M): Ibnu Duraid dikenal sebagai seorang pakar geografi.
Karya terbesar yang dibuatnya adalah kamus besar bahasa Arab, yang berjudul The collection of the Language. Karya yang lain adalah Kitab al-Istihqaq, risalah yang menggambarkan tentang suku-suku Arab. Buku tersebut diedit oleh seorang ilmuwan bernama F Wustenfeld.
Al-Jahiz : salah satu dari kalangan intelektual lain yang muncul di Basra. Ia lahir di Basra dan kemudian menjadi salah satu pakar terkenal dalam literatur atau kesusasteraan Islam klasik.
Dia adalah salah seorang yang pantang puas dalam menuntut ilmu di sekolah dari para gurunya, lebih dari pada ia bahkan memungut ilmu dari para pedagang, pelaut, bahkan penjaga toko. Di sisi lain, ia pun belajar dari para ilmuwan besar bernama Abu ‘Ubayda, al-Asmai’, dan Abu Zyad al-Anshari.
Karya-karya yang ditulis Al-Jahiz yang terkenal diantaranya:
Kitab al-Hayawan : menggambarkan tentang perilaku binatang.
Al-bayan wa’l-tabyn : yang terkait dengan puisi, retorika, sejarah kekhalifahan, dan suksesi pemerintahan.
Ibnu al-Haytham: sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik adalah sarjana Islam Ibnu Haytham atau yang dikenal di Barat Alhazen, Avennathan atau Avenetan. Ilmuwan yang mempunyai nama lengkap Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haitham al-Bisri al-Misri ini lahir di Basrah, Irak pada 965 M. Karya yang ditulisnya yang paling fenomenal adalah buku bejudul Buku Optik atau Kitab al-Manazir.
Karya utama Ibnu al-Haytham:
· Penganalisaan tentang penglihatan mata dan pembiasan cahaya pada mata.
· Penghitung ketinggian atmosfer bumi yaitu 58,5 mil,
· Mengulas teori tentang grafitasi bumi.
· Metode kamar gelap atau camera abscura dilakukannya saat gerhana bulan terjadi.
· Bereksperimen dalam penbuatan lensa dan cermin cekung,dari itu ditemukanlah titik fokus sebagai tempat pembakaran terbaik. Ia juga berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola, sehingga dihasilkan sebuah titik fokus sehingga menjadi titik bakar.
Azywardi Azra dalam karyanya, History Islam Kontemporer, mengatakan, Ibnu al-Haytham juga telah memajukan sebuah gagasan tentang pemanfaaatan matahari sebagai energi. Gagasan ini, kemudian berkembang menjadi rujukan bagi penggunaan energi solar dan matahari. Seorang ilmuwan bernama Abu Abi Asyabia pernah mengumpulkan berbagai karya Ibnu al-Haytham yang mencapai 200 buah.
Ada masa mengalami sebuah kemunduran, termasuknya adalah Kota Basrah, kota yang diindikasikan sebagai pusat Peradaban pada Zamannya. Akan tetapi, serangan yang dilancarkan orang-orang Karmathian dan bangsa Mongol meluluh lantakkan peradaban yang berkembang dari berbagai segi seperti bangunan-bangunan, keilmuwan dan hasil-hasil karya para ilmuwan-ilmuwan yang fenomenal. Tidak bisa dibayangkan, karya-karya yang dihasilkan para ilmuwan-ilmuwan Muslim dapat kita rasakan dan kita ambil ilmunya untuk kemajuan umat manusia.